Rabu, 25 Mei 2011

Di Balik Warna Hitam

Mengapa kelelawar tidak pernah berkeliaran di siang hari? Karena tidak bisa melihat. Lho, bukankah siang hari terang benderang? Ya, itu untuk manusia. Daya penglihatan kelelawar hanya sebatas warna inframerah saja. Di luar batasan itu, semua akan tampak hitam di matanya.

Lain dengan mata anjing. Binatang penjaga ini bisa menikmati terangnya siang dan juga gelapnya malam. Tapi, ya terbatas pada kombinasi hitam putih. Persis televisi zaman engkong kita dulu yang masih hitam putih. Sedangkan manusia memiliki daya penglihatan yang lebih bervariasi atau yang dikenal sebagai "tujuh warna pelangi" (merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu atau dalam bahasa keledai mejikuhibiniu)

Berarti manusia memiliki penglihatan yang lengkap dong? Jangan takbur dulu bung! Bukankah bisa saja masih ada warna lain di luar itu? Seperti kelelawar melihat hitam di siang hari?

Kalau begitu, benarkah alam semesta berwarna hitam? mungkin saja alam semesta memiliki suau warna di luar mejikuhibiniu tadi. akan tetapi, seperti kasus kelelawar, mata manusia tidak mampu melihatnya. Jadi, semua terlihat hitam. Cobalah kita membayangkan suatu warna selain ketujuh warna tadi termasuk kombinasi, susah kan? itulah salah satu keterbatasan.

Akan tatapi upaya mendefinisikan warna terus dilakukan oleh manusia. Pada tahun 1666 Sir Isaac Newton menemukan cara menguraikan cahaya putih dengan menggunakan prisma. Dari situ disimpulkan bahwa gabungan ketujuh warna pelangi akan menghasilkan warna putih. Di luar warna itu, ya hitam.

Batas pandang manusia antara 7.600 A - 4.000 A. Uraian warna merah antara 7.600 A - 6.500 A. Warna kuning 6.300 A - 5.600 A; warna hijau 5.400 A - 5.000 A; warja biru 5.000 A - 4.200 A; dan warna ungu 4.200 A - 4.000 A.

Dengan begitu, tak mungkin kita membayangkan warna yang belum pernah kita lihat. Paling kita hanya dapat mendefinisikannya dalam bentuk bilangan.